Alhamdulilah setelah
perjalanan 8 jam kami sampai di Stasiun
Tugu. Perjalanan pun berlanjut di kota Jogja. Begitu kereta berhenti,
saya pelan – pelan gendong Krishna supaya dia tidak kaget . tapi ternyata si
bocah malah bangun dan tidak mau tidur lagi. Krishna senang melihat deretan
kereta yang terparkir di stasiun. Walaupun matanya masih ngantuk, Krishna masih
mengoceh Tututut Tututut.
Museum Gula Jawa Tengah
Museum ini kami berlokasi
di Jalan Raya Solo KM 25. Jadi sekalian ke Klaten, kami mampir dulu kesini. Saya
dapat referensi lokasi ini dari IG , karena di IG banyak yang share foto ketika
naik kereta api nya. Namun sayang, waktu kami kesana suasana nya sudah sepi
(lebaran nya sudah habis). Museum nya tetap buka, namun penjaga nya tidak ada. Jadi
kami masuk saja ke dalam dan berfoto-foto dengan kereta- kereta yang ada di
halaman museum. Padahal tujuan kesini sey pingin naik kereta nya, tapi
sepertinya kami kurang beruntung.
Yang menarik disini
adalah bangunan museum yang masih kental dengan nuansa Belanda, dimana kusen
pintu nya sangat tinggi, ditambah ada kursi-kursi besi yang berat banget. Lalu,
kita bisa melihat gerbong kereta yang usianya sudah puluhan tahun. Krishna suka
sekali naik kereta dsini. Ada satu gerbong kereta yang namanya SIMBAH. Lucu ya,
mungkin gerbong ini sudah sangat tua, makanya diberi nama demikian
Museum Dirgantara
Tempat wisata yang kami
kunjungi selanjutnya adalah Museum Dirgantara yang berlokasi di Kompleks
Landasan Udara Adisucipto, Jl. Kolonel Sugiono, Banguntapan, Yogyakarta, Bantul.
Untuk masuk kesini, tiap mobil dikenakan biaya Rp 10.000. Bayarnya pas mau
masuk wilayah Kompleks AU. Harga ini termasuk murah mengingat suasana di dalam
museum sangat bersih dan rapi sehingga kami merasa nyaman berada disini.
Di pelataran museum, kita
bisa menemui bermacam pesawat buatan luar negeri, seperti PBY-5A (Catalina),
UF-1 Albatros, Tupolev TU-16 B/KS, A-4 Skyhawk, dan OV-10 Bronco. Selain itu
ada Helikopter, Rudal , dan Bunker Jepang yang berada 3 meter di bawah tanah. Bunker
ini dulunya tempat perlindungan tentara
Jepang dari serangan udara. Ketika kami masuk, suasananya sedikit gelap dan
pengap walaupun sudah ada lampu / ventilator udara. Di dalam nya, kira bisa
melihat foto-foto seputar pembom an di bandara Maguwo. Tapi Krishna lebih
tertarik bermain di luar, berlari-lari di taman.
Untuk memasuki area
Indoor museum, pengunjung dikenakan biaya Rp 4000/org. Di dalam nya , kita bisa
melihat patung-patung pejuang Angkatan Udara, Foto-foto perjuangan ketika
melawan Jepang, diorama perjuangan Indonesia kala itu, dan bintang nya adalah
Pesawat – pesawat yang terparkir di Hanggar. Ada beberapa pesawat yang bisa
dinaiki, selebihnya untuk berfoto-foto. Saya paling suka dengan foto pesawat
yang ada gambar menyerupai ikan. Kalau Krishna hampir semua nya disukai,
malahan ingin naik semuanya.
Trans Studio Mini
Sebenarnya yang ingin
kesini adalah ibu nya. Berhubung lokasinya dekat dengan rumah,jadi kami kesini
malam hari saja supaya tidak panas di jalan. Lokasinya berada di Lt 4 Transmart
Maguwo. Pengunjung tidak dikenakan biaya untuk kesini. Namun jika ingin bermain
wahana , pengunjung harus membeli kartu dulu. Ayah sendiri membeli kartu seharga
Rp 100,000 dan dapat nominal tiket Rp 115,000. Setiap permainan berbeda
harganya. Karena Krishna suka kereta api, kami mencoba antri. Sekali gesek,dikenakan
Rp 25,000. Keretapun berjalan di bawah menara Eifel. Baru 2 kali putaran,
kereta nya sudah berhenti. Saya kaget, kenapa cuma 2 kali putaran?? Rasanya kurang
worth it dengan harga segitu. Selebihnya, Krishna bermain ding dong dan
berfoto-foto di sekitar wahana.
Untuk ukuran Studio
mini, bagi saya wahana yang disediakan cukup lengkap. Ada roller coaster mini,
area mendayung perahu untuk anak, playground , bomb bom car. Selain itu, banyak
spot-spot foto yang bagus. Selain itu, ada kedai-kedai untuk makan yang
menyediakan cemilan / makan berat.