Minggu, 23 Juli 2017

Sugeng wisata ning Jogja


Alhamdulilah setelah perjalanan 8 jam kami sampai di Stasiun  Tugu. Perjalanan pun berlanjut di kota Jogja. Begitu kereta berhenti, saya pelan – pelan gendong Krishna supaya dia tidak kaget . tapi ternyata si bocah malah bangun dan tidak mau tidur lagi. Krishna senang melihat deretan kereta yang terparkir di stasiun. Walaupun matanya masih ngantuk, Krishna masih mengoceh Tututut Tututut.

Museum Gula Jawa Tengah


Museum ini kami berlokasi di Jalan Raya Solo KM 25. Jadi sekalian ke Klaten, kami mampir dulu kesini. Saya dapat referensi lokasi ini dari IG , karena di IG banyak yang share foto ketika naik kereta api nya. Namun sayang, waktu kami kesana suasana nya sudah sepi (lebaran nya sudah habis). Museum nya tetap buka, namun penjaga nya tidak ada. Jadi kami masuk saja ke dalam dan berfoto-foto dengan kereta- kereta yang ada di halaman museum. Padahal tujuan kesini sey pingin naik kereta nya, tapi sepertinya kami kurang beruntung.

Yang menarik disini adalah bangunan museum yang masih kental dengan nuansa Belanda, dimana kusen pintu nya sangat tinggi, ditambah ada kursi-kursi besi yang berat banget. Lalu, kita bisa melihat gerbong kereta yang usianya sudah puluhan tahun. Krishna suka sekali naik kereta dsini. Ada satu gerbong kereta yang namanya SIMBAH. Lucu ya, mungkin gerbong ini sudah sangat tua, makanya diberi nama demikian


Museum Dirgantara


Tempat wisata yang kami kunjungi selanjutnya adalah Museum Dirgantara yang berlokasi di Kompleks Landasan Udara Adisucipto, Jl. Kolonel Sugiono, Banguntapan, Yogyakarta, Bantul. Untuk masuk kesini, tiap mobil dikenakan biaya Rp 10.000. Bayarnya pas mau masuk wilayah Kompleks AU. Harga ini termasuk murah mengingat suasana di dalam museum sangat bersih dan rapi sehingga kami merasa nyaman berada disini.

Di pelataran museum, kita bisa menemui bermacam pesawat buatan luar negeri, seperti PBY-5A (Catalina), UF-1 Albatros, Tupolev TU-16 B/KS, A-4 Skyhawk, dan OV-10 Bronco. Selain itu ada Helikopter, Rudal , dan Bunker Jepang yang berada 3 meter di bawah tanah. Bunker ini dulunya  tempat perlindungan tentara Jepang dari serangan udara. Ketika kami masuk, suasananya sedikit gelap dan pengap walaupun sudah ada lampu / ventilator udara. Di dalam nya, kira bisa melihat foto-foto seputar pembom an di bandara Maguwo. Tapi Krishna lebih tertarik bermain di luar, berlari-lari di taman.

Untuk memasuki area Indoor museum, pengunjung dikenakan biaya Rp 4000/org. Di dalam nya , kita bisa melihat patung-patung pejuang Angkatan Udara, Foto-foto perjuangan ketika melawan Jepang, diorama perjuangan Indonesia kala itu, dan bintang nya adalah Pesawat – pesawat yang terparkir di Hanggar. Ada beberapa pesawat yang bisa dinaiki, selebihnya untuk berfoto-foto. Saya paling suka dengan foto pesawat yang ada gambar menyerupai ikan. Kalau Krishna hampir semua nya disukai, malahan ingin naik semuanya.

Trans Studio Mini


Sebenarnya yang ingin kesini adalah ibu nya. Berhubung lokasinya dekat dengan rumah,jadi kami kesini malam hari saja supaya tidak panas di jalan. Lokasinya berada di Lt 4 Transmart Maguwo. Pengunjung tidak dikenakan biaya untuk kesini. Namun jika ingin bermain wahana , pengunjung harus membeli kartu dulu. Ayah sendiri membeli kartu seharga Rp 100,000 dan dapat nominal tiket Rp 115,000. Setiap permainan berbeda harganya. Karena Krishna suka kereta api, kami mencoba antri. Sekali gesek,dikenakan Rp 25,000. Keretapun berjalan di bawah menara Eifel. Baru 2 kali putaran, kereta nya sudah berhenti. Saya kaget, kenapa cuma 2 kali putaran?? Rasanya kurang worth it dengan harga segitu. Selebihnya, Krishna bermain ding dong dan berfoto-foto di sekitar wahana.


Untuk ukuran Studio mini, bagi saya wahana yang disediakan cukup lengkap. Ada roller coaster mini, area mendayung perahu untuk anak, playground , bomb bom car. Selain itu, banyak spot-spot foto yang bagus. Selain itu, ada kedai-kedai untuk makan yang menyediakan cemilan / makan berat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jakarta Trip part 2

Training kali ini sangat melelahkan. Bagaimana tidak, dari jam 9 pagi hingga 5 sore kami tidak berhenti untuk diajak berfikir. Maklum ba...